I. Tembang
dolanan berbahasa Jawa mengandung nilai religius atau
keagamaan
a. SLUKU-SLUKU BATOK
Sluku-sluku bathok
Bathoke ela-elo
sluku bathok
Bathoke ela-elo
Si Rama menyang Solo
Oleh-olehe payung motha
Mak jenthit lolo lobah
Wong mati ora obah
Nek obah medeni bocah
Nek urip goleka dhuwit.
Lirik tembang dolanan yang berjudul ‘Sluku-sluku Bathok’
tersebut apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.
‘Ayun-ayun kepala’
‘Kepalanya geleng geleng’
‘Si bapak pergi ke Solo’
‘Oleh-olehnya payung mutha’
‘Secara tiba-tiba begerak
‘Orang mati tidak bergerak’
‘Kalau bergerak menakuti orang’
Makna yang tersirat dalam tembang dolanan “Sluku-sluku
bathok” yaitu nilai religius. Dalam syair tersebut bermakna manusia hendaklah
membersihkan batinnya dan senantiasa berzikir mengingat Allah dengan (ela-elo)
menggelengkan kapala mengucapkan lafal laa illa ha illallah disaat susah maupun
senang, di kala menerima musibah maupun kenikmatan, hidup mati manusia ditangan
Allah, maka dari itu selagi masih hidup berbuat baiklah terhadap sesama, dan
beribadah kepada Allah SWT karena Allah Maha segala-galanya, apabila sekali
berkehendak mencabut nyawa seseorang, tak seorang pun mampu menolakkan.
b. Ilir-Ilir
Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar
Cah angon, cah angon
Penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno
Kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro, dodoiro
Kumitir bedah ing pinggir
Dondomono, jlumatono
Kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Yo sorako, sorak iyo!!
Syair tembang dolanan Ilir-ilir tersebut apabila
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.
‘Bangunlah, bangunlah!’
‘Tanaman sudah bersemi’
‘Demikian menghijau’
‘Bagaikan pengantin baru’
‘Anak gembala, anak gembala’
‘Panjatlah (pohon) belimbing itu’!
‘Biar licin dan susah tetaplah kau panjat’
‘untuk membasuh pakaianmu’
‘Pakaianmu, pakaianmu’
‘terkoyak-koyak dibagian samping’
‘Jahitlah, Benahilah!’
‘untuk menghadap nanti sore’
‘Mumpung bulan bersinar terang’
‘Mumpung banyak waktu luang’
‘Bersoraklah dengan sorakan Iya!!’
Dalam syair tembang dolanan yang berjudul Ilir-ilir
mengandung makna religius (keagamaan). Sedangkan maksud yang terkandung dalam
tembang tersebut adalah kita sebagai umat manusia diminta bangun dari
keterpurukan untuk lebih mempertebal iman dan berjuang untuk mendapatkan
kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru. Meminta Si anak gembala untuk
memetikkan buah blimbing yang diibaratkan perintah salat lima waktu. Yang
ditempuh dengan sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun
halangan dan resikonya. Meskipun ibarat pakaian kita terkoyak lubang sana sini,
namun kita sebagai umat diharapkan untuk memperbaiki dan mempertebal iman dan
taqwa agar kita siap memenuhi panggilan Ilahi robbi.
c. Padhang Bulan
Yo prakanca dolanan ing njaba
Padhang mbulan padhangé kaya rina
Rembulané kang ngawé-awé
Ngélikaké aja turu soré-soré
Syair dari tembang dolanan padang bulan apabila
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi:
‘Ayo teman-teman bermain diluar’
‘Cahaya bulan yang terang benderang’
‘Rembulan yang seakan-akan melambaikan tangan’
‘Mengingatkan kepada kita untuk tidak tidur sore-sore’
Dalam tembang dolanan padang bulan mengandung makna
religius (kagamaan). Maksud dari tembang dolanan tersebut adalah kita hendaknya
bersyukur kepada yang Maha Kuasa untuk menikmati keindahan alam. Untuk
menunjukkan rasa syukur itu kita diharapkan tidak tidur terlalu sore karena
kita bisa melaksanakan ibadah di waktu malam.
II. Tembang dolanan berbahasa Jawa mengandung nilai
budi pekerti
a. Jaranan
Jaranan- jaranan, jarane jaran teji
Sing numpak ndoro bei
sing ngiring para mentri
Jeg-jeg nong, jreg-jreg gung
Jeg-jeg gedebuk krincing
Gedebug jedher
Gedebug krincing
Jeg-jeg gedebuk jedher
Syair tembang dolanan yang berjudul ‘Jaranan’ ersebut
apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah:
berkuda, berkuda, kudanya teji (tinggi besar)
yang naik Tuan Bei yang mengiring para menteri
Jeg-jeg nong, jeg-jeg gung
Jeg-jeg gedebuk krincing
Gedebuk jedher
Gedebuk krincing
Gedebuk jedher
Jeg-jeg gedebuk jedher’
Tembang dolanan jaranan sebenarnya hanya terdiri atas
empat larik, untuk larik berikutnya hanya diulang-ulang. Kalau dilihat dari
syairnya terdapat beberapa makna budi pekerti yang tersirat dalam tembang
tersebut, antara lain:
(1) Kebersamaan
Dalam syair sing numpak ndara Bei sing ngiring para
menteri, di sana terdapat rasa kebersamaan antara atasan dan bawahan.
Kebersamaan untuk saling membutuhkan, saling membantu, orang yang mempunyai kedudukan
lebih tinggi membutuhkan orang yang berkedudukan lebih rendah, demikian pula
sebaliknya. Kedudukan yang tinggi tersebut diibaratkan ndara Bei yang
membutuhkan pengawalan dari para menterinya yang dianggap mempunyai kedudukan
lebih rendah.
(2) Menghormati yang lebih tinggi
kedudukannya
Budaya Jawa telah mengajarkan bahwa seseorang yang
mempunyai kedudukan yang lebih rendah harus menghormati orang yang berkedudukan
lebih tinggi. Hal itu tampak pada syair sing numpak ndara Bei sing ngiring para
menteri. Dalam syair tersebut ndara Bei dianggap mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi dari para menterinya, karena sebutan ndara Bei hanya digunakan untuk
menyebutkan seseorang yang mempunyai kedudukan yang tinggi dan keturunan
ningrat. Apalagi ditunjang dengan tunggangannya kuda yang tinggi besar yang
harus diiringi oleh para menterinya. Oleh karena itu, tugas para menteri adalah
mengawal ndara Bei tersebut. Dalam hal ini, jelaslah bahwa budi pekerti yang
harus ditanamkan adalah sikap menghormati yang lebih tua atau yang lebih tinggi
kedudukannya.
III. Tembang dolanan berbahasa Jawa yang mengandung
makna
a. MENTHOK-MENTHOK
Menthok-menthok tak kandhani
Mung solahmu angisin-isini
Bokya aja ndheprok
Ana kandhang wae
Enak-enak ngorok
Ora nyambut gawe
Methok-menthok
Mung lakumu megal-megol gawe guyu
Lirik tembang dolanan diatas apabila diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.
‘Menthok-menthok saya nasehati’
‘Hanya perilakumu yang memalukan’
‘Jangan hanya diam dan duduk’
‘Di kandang saja’
‘Enak-enak mendengkur’
‘Tidak bekerja’
‘Menthok-menthok’
‘Hanya jalanmu meggoyangkan pantat membuat orang
tertawa’
Dalam lirik tembang dolanan ‘Menthok-menthok’
mengandung makna instropeksi diri. Sebagai umat manusia tidak boleh
menyombongkan diri, karena sesungguhnya semua yang ada di dunia ini diciptakan
Allah dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Sebaiknya kita berusaha dan
bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, tidak malas, tidak suka tidur
(karena orang suka tidur badannya akan lemas, otot kaku, mudah terkena
penyakit, rezekinya tidak lancar dsb) , dan selalu berbuat baik terhadap
sesama. Dalam syair tembang dolanan tersebut yang diibaratkan menthok, meskipun
dia itu pemalas, bersifat jahat, dan suka tidur, tetapi dia masih mempunyai
sifat baik dan berguna baik orang lain yaitu menghibur dan membuat orang lain
tertawa.
b. GUNDUL-GUNDUL PACUL
Gundul-gundul pacul..cul, gemelelengan
Nyunggi-nyunggi wakul...kul, gemelelengan
Wakul ngglimpang, segane dadi sakratan
Wakul ngglimpang, segane dadi sakratan
Syair tembang dolanan Gundul-gundul Pacul apabila
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.
‘Kepala botak tanpa rambut ibarat cangkul , besar
kepala (sombong, angkuh)’
‘Membawa bakul, dengan gayanya yang besar kepala
(sombong, angkuh)’
‘Bakulnya jatuh, nasinya tumpah berantakan di jalan
tidak bermanfaat lagi’
Dari syair tembang dolanan Gundul-gundul Pacul
menggambarkan seorang anak yang gundul, nakal, bandel, angkuh, dan tidak
bertanggung jawab. Dia tidak dapat membedakan hal-hal yang baik dan buruk. Dia
beranggapan bahwa dirinya orang yang paling benar, paling bisa, dan paling
pintar, sehingga dia bersikap gembelelengan, sombong, dan tak tahu diri.
Apabila dipercaya untuk memegang amanah yang menyangkut kehidupan orang banyak,
dia tetap bersikap tidak peduli. Akibat dari kesombongan dan keangkuhannya itu
maka kesejahteraan dan keadilan yang semestinya berhasil akhirnya menjadi
hancur berantakan. Dari syair tembang tersebut mengandung makna tidak boleh
sombong, dalam hal ini terlihat bahwa orang yang sombong, angkuh, dan ceroboh
akan membawa kehancuran dan kegagalan, maka dari itu jika engkau menjadi
seorang pemimpin yang diberi amanah dan tanggung jawab hendaknya peganglah dan
jalankan amanah itu sebaik-baiknya agar membawa kesejahteraan dan keadilan
sesuai harapan rakyat yang dipimpinnya.
c. DHONDHONG APA SALAK
Dhondhong apa salak
Dhuku cilik-cilik
Andhong apa mbecak
Mlaku dimik-dimik
Syair tembang ‘Dhondhong apa Salak’ apabila
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah
‘Dhondhong apa salak’
‘Dhuku kecil-kecil’
‘Naik delman apa naik becak’
‘Jalan pelan-pelan’
Dalam syair tembang dolanan ini kita dihadapkan pada
dua pilihan. Ibarat buah kedondong yang bagian luarnya halus tetapi bagian
dalamnya kasar dan tajam, dan sebaliknya buah salak yang bagian luarnya kasar
ternyata bagian dalamnya halus. Di sini kita dihadapkan pada dua karakter,
Lebih baik kita berbuat yang baik secara lahir maupun batin seperti buah duku,
daripada kita berbuat yang dari luar kelihatan bagus tetapi di dalamnya kasar
dan tajam seperti buah kedondong.
Demikian sebaliknya, lebih baik kita berbuat terlihat
kasar dari luar tetapi dalamnya halus seperti buah salak. Berbuatlah sesuatu
yang baik dan tidak menyakitkan, baik itu secara lahir maupun batin. Sedangkan
syair andhong apa mbecak, mlaku dimik-dimik mempunyai maksud memilih salah satu
makna yang dimaksud dalam syair tersebut . Andong adalah sebuah kendaraan
angkutan yang menggunakan tenaga hewan sebagai penariknya, sedangkan becak
adalah kendaraan angkut yang memanfaatkan tenaga manusia sebagai pendorongnya.
Dalam syair ini terdapat nilai budi pekerti kemandirian, kita tidak boleh
menyusahkan orang lain atau makhluk lain, kita harus hidup mandiri, berjalan di
atas kaki sendiri meskipun pelan-pelan dan tertatih-tatih.
SOURCE : http://ki-demang.com/kbj5/index.php/makalah-komisi-b/1149-15-tembang-dolanan-anak-anak-berbahasa-jawa-sumber-pembentukan-watak-dan-budi-pekerti/
Aku nunggu dan moga bisa ditambah postingan tembang Jawa lainnya lebih banyak lagi. Sastra Jawa emang adi luhung.
BalasHapus