Jumat, 04 November 2016

BATIK CANTIK

FILOSOFI KU

Source: http://meandeachotherblablablah.blogspot.co.id/2012/03/beberapa-macam-motif-batik-dan.html
Batik kini menjadi sebuah ikon baru dalam dunia Fashion tanah air, terutama setelah diakuinya Batik oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan.
Dampak dari pengakuan tersebut sungguh luar biasa. Kini Batik bukan hanya busana untuk acara formal, banyak yang memakai Batik sebagai busana casual, terutama untuk Batik bermotif kontemporer.
Tapi, sebagai bangsa yang mewarisi Batik dari nenek moyang, tidak ada salahnya untuk mengetahui asal-usul Batik dan motif-motif Batik Tradisional beserta filosofi-filosofi yang terkandung di dalamnya. Sesungguhnya, makna dari selembar kain Batik tersebut lebih berharga daripada busana yang terbuat dari kain Batik karena merupakan identitas asli bangsa Indonesia.

Berikut beberapa motif batik beserta filosofinya:
 Motif Batik Truntum
 
Zat Pewarna: Soga Alam  
Kegunaan : Dipakai saat pernikahan
Ciri Khas : Kerokan
Makna Filosofi : Truntum artinya menuntun, diharapkan orang tua bisa menuntun   calon pengantin.
Daerah: Jogja
 

Motif Batik Tambal


Zat Pewarna: Soga Ala
Digunakan : Sebagai Kain Panjang
Unsur Motif : Ceplok, Parang, Meru dll
Ciri Khas : Kerokan
Makna Filosofi : Ada kepercayaan bila orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, sakitnya cepat sembuh, karena tambal artinya menambah semangat baru
Daerah: Jogja





Motif Batik Pamiluto
Zat Warna : Soga Alam
Kegunaan : Sebagai kain panjang saat pertunangan
Unsur Motif : Parang, Ceplok, Truntum dan lainnya
Filosofi : Pamiluto berasal dari kata “pulut”, berarti perekat, dalam bahasa Jawa bisa artinya kepilut [tertarik].
Daerah: Jogja

Motif Bledak Sidoluhur


Kegunaan : Upacara Mitoni ( Upacara Masa 7 Bulan bagi Pengantin Putri saat hamil pertama kali)
Filosofi : Yang menggunakan selalu dalam keadaan gembira.

Daerah: Jogja
Motif Sido Wirasat
 
Nama motif : Sido Wirasat
Daerah :
Jenis Batik :
Dikenakan : Orang tua temanten
Makna : Orang tua memberi nasehat




Motif Wahyu Tumurun
 
Nama motif : Wahyu Tumurun
Daerah : Pura Mangkunegaran
Jenis Batik : Batik Kraton









Motif Cakar Ayam



Kegunaan : Upacara Mitoni, Untuk Orang Tua Pengantin pada saat Upacara Tarub, siraman.
Filosofi : Cakar ayam melambangkan agar setelah berumah tangga sampai keturunannya nanti dapat mencari nafkah sendiri atau hidup mandiri.
Motif Cuwiri


Kegunaan : Mitoni, menggendong bayi
Filosofi : Cuwiri= bersifat kecil-kecil, Pemakai kelihatan pantas/ harmonis.
Motif Grageh Waluh


Kegunaan : Harian (bebas)
Filosofi : Orang yang memakai akan selalu mempunyai cita-cita atau tujuan tentang sesuatu.
Motif Grompol



Kegunaan : Dipakai oleh Ibu mempelai puteri pada saat siraman
Filosofi : Grompol, berarti berkumpul atau bersatu, dengan memakai kain ini diharapkan berkumpulnya segala sesuatu yang baik-baik, seperti rezeki, keturunan, kebahagiaan hidup, dll.

Motif Kasatrian



Kegunaan : Dipakai pengiring waktu upacara kirab pengantin
Filosofi : Si pemakai agar kelihatan gagah dan memiliki sifat ksatria.
Motif Kawung Picis





Kegunaan : Dikenakan di kalangan kerajaan
Filosofi : Motif ini melambangkan harapan agar manusia selalu ingat akan asal-usulnya, juga melambangkan empat penjuru dan melambangkan bahwa hati nurani sebagai pusat pengendali nafsu-nafsu yang ada pada diri manusia sehingga ada keseimbangan dalam perilaku kehidupan manusia.
Motif Mega Mendung





Filosofi: Dalam faham Taoisme, bentuk awan melambangkan dunia atas atau dunia luas, bebas dan mempunyai makna transidental (Ketuhanan).
Daerah: Cirebon
Motif Bango Tulak ( Bangun Tulak)



Filosofi: Bango-tulak diambil dari nama seekor burung yang mempunyai warna hitam dan putih yaitu tulak. Warna hitam diartikan sebagai lambang kekal (Jawa: langgeng), sedang warna putih sebagai lambang hidup (sinar kehidupan), dengan demikian hitam-putih melambangkan hidup kekal.
Daerah ; Yogyakarta

Motif Gurda
(Garuda)





Filosofi: Kata gurda berasal dari kata garuda, yaitu nama sejenis burung besar yang menurut pandangan hidup orang Jawa khususnya Yogyakarta mempunyai kedudukan yang sangat penting. Menurut orang Yogyakarta burung ini dianggap sebagai binatang yang suci.
Daerah: Yogyakarta
Motif Meru





Filosofi: Meru berasal dari kata Mahameru, yaitu nama sebuah gunung yang dianggap sakral karena menjadi tempat tinggal atau singgasana bagi Tri Murti yaitu Sang Hyang Wisnu, Sang Hyang Brahma dan Sang Hyang Siwa. Sebagai simbol harapan agar mendapatkan berkah dari Tri Murti.

Motif Parang curigo Ceplok kepet



Kegunaan : Berbusana, menghadiri pesta
Filosofi : Curigo = keris, kepet = isis
Si pemakai memiliki kecerdasan, kewibawaan serta ketenangan.
Motif Parang Kusumo



Kegunaan : Berbusana pria dan wanita
Filosofi : Parang Kusumo = Bangsawan
Mangkoro = Mahkota
Pemakai mendapatkan kedudukan, keluhuran dan dijauhkan dari marabahaya.

Motif Kawung

Zat Pewarna: Naphtol
Kegunaan : Sebagai Kain Panjang
Unsur Motif : Geometris
Makna Filosofi : Biasa dipakai raja dan keluarganya sebagai lambang keperkasaan
Daerah: Yogyakarta
Motif Sidoluhur


Daerah : Kraton Surakarta
Jenis Batik : Batik Kraton
Dikenakan : Temanten Putri (malam pengantin)
Makna : Dua jiwa menjadi satu

Motif Sidoasih

Daerah : Kraton Surakarta
Jenis Batik : Batik Kraton
Dikenakan : Temanten Putri (malam pengantin)
Makna : Dua jiwa menjadi satu
Motif Bondet

Daerah : Kraton Surakarta
Jenis Batik : Batik Kraton
Dikenakan : Temanten Putri (malam pengantin)
Makna : Dua jiwa menjadi satu

Motif Sekar jagad



Jenis Batik : Batik Petani
Dikenakan : Orang Tua Temanten
Makna : Hatinya gembira semarak
Motif Sidomulyo

Daerah : Banyumas
Jenis Batik : Batik pengaruh Kraton
Dikenakan : Temanten Pria atau putri
Makna : Bahagia, rejeki melimpah

Motif Semen Rante

Daerah : Surakarta
Jenis Batik : Batik Petani
Dikenakan : Utusan
Makna : Panah mengena dan diikat
Batik Sidomukti

Daerah : Surakarta
Jenis Batik : Batik Petani
Dikenakan : Temanten Putra/Putri (Resepsi 
/Pahargan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar