FILOSOFI KU
Source: http://meandeachotherblablablah.blogspot.co.id/2012/03/beberapa-macam-motif-batik-dan.html
Batik kini menjadi sebuah ikon baru dalam dunia Fashion tanah air,
terutama setelah diakuinya Batik oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya
yang perlu dilestarikan.
Dampak dari pengakuan tersebut sungguh luar biasa. Kini Batik bukan hanya
busana untuk acara formal, banyak yang memakai Batik sebagai busana casual, terutama untuk Batik bermotif
kontemporer.
Tapi, sebagai bangsa yang mewarisi Batik dari nenek moyang, tidak ada
salahnya untuk mengetahui asal-usul Batik dan motif-motif Batik Tradisional
beserta filosofi-filosofi yang terkandung di dalamnya. Sesungguhnya, makna dari
selembar kain Batik tersebut lebih berharga daripada busana yang terbuat dari
kain Batik karena merupakan identitas asli bangsa Indonesia.
Berikut beberapa motif batik beserta filosofinya:
Motif Batik Truntum
Zat Pewarna: Soga Alam
Kegunaan : Dipakai saat pernikahan
Ciri Khas : Kerokan
Makna Filosofi : Truntum artinya menuntun, diharapkan orang tua bisa menuntun calon pengantin.
Daerah: Jogja
Ciri Khas : Kerokan
Makna Filosofi : Truntum artinya menuntun, diharapkan orang tua bisa menuntun calon pengantin.
Daerah: Jogja
Motif Batik Tambal
Motif Batik Pamiluto
Zat Warna : Soga Alam
Kegunaan : Sebagai kain panjang saat pertunangan
Unsur Motif : Parang, Ceplok, Truntum dan lainnya
Filosofi : Pamiluto berasal dari kata “pulut”, berarti perekat, dalam bahasa Jawa bisa artinya kepilut [tertarik].
Daerah: Jogja
Kegunaan : Sebagai kain panjang saat pertunangan
Unsur Motif : Parang, Ceplok, Truntum dan lainnya
Filosofi : Pamiluto berasal dari kata “pulut”, berarti perekat, dalam bahasa Jawa bisa artinya kepilut [tertarik].
Daerah: Jogja

Motif Bledak Sidoluhur
Kegunaan : Upacara Mitoni ( Upacara Masa 7 Bulan bagi Pengantin Putri saat hamil pertama kali)
Filosofi : Yang menggunakan selalu dalam keadaan gembira.
Daerah: Jogja
Daerah: Jogja
Nama motif : Sido Wirasat
Daerah :
Jenis Batik :
Dikenakan : Orang tua temanten
Makna : Orang tua memberi nasehat
Daerah :
Jenis Batik :
Dikenakan : Orang tua temanten
Makna : Orang tua memberi nasehat
Nama motif : Wahyu Tumurun
Daerah : Pura Mangkunegaran
Jenis Batik : Batik Kraton
Jenis Batik : Batik Kraton
Motif Cakar Ayam
|
Kegunaan : Upacara Mitoni, Untuk Orang Tua Pengantin pada saat Upacara Tarub, siraman.
Filosofi :
Cakar ayam melambangkan agar setelah berumah tangga sampai keturunannya
nanti dapat mencari nafkah sendiri atau hidup mandiri.
|
Motif Cuwiri
|
Kegunaan : Mitoni, menggendong bayi
Filosofi : Cuwiri= bersifat kecil-kecil, Pemakai kelihatan pantas/ harmonis.
|
Motif Grageh Waluh
|
Kegunaan : Harian (bebas)
Filosofi : Orang yang memakai akan selalu mempunyai cita-cita atau
tujuan tentang sesuatu.
|
Motif Grompol
|
Kegunaan : Dipakai oleh Ibu mempelai puteri pada saat siraman
Filosofi : Grompol, berarti berkumpul atau bersatu, dengan memakai kain
ini diharapkan berkumpulnya segala sesuatu yang baik-baik, seperti rezeki,
keturunan, kebahagiaan hidup, dll.
|
Motif Kasatrian
|
Kegunaan : Dipakai pengiring waktu upacara kirab pengantin
Filosofi : Si pemakai agar kelihatan gagah dan memiliki sifat ksatria.
|
Kegunaan : Dikenakan di kalangan kerajaan
Filosofi : Motif ini melambangkan harapan agar manusia selalu ingat akan
asal-usulnya, juga melambangkan empat penjuru dan melambangkan bahwa hati
nurani sebagai pusat pengendali nafsu-nafsu yang ada pada diri manusia
sehingga ada keseimbangan dalam perilaku kehidupan manusia.
|
|
Filosofi: Dalam faham Taoisme, bentuk awan melambangkan dunia atas atau dunia
luas, bebas dan mempunyai makna transidental (Ketuhanan).
Daerah: Cirebon
|
Motif Bango Tulak ( Bangun Tulak)
|
Filosofi: Bango-tulak diambil dari nama seekor
burung yang mempunyai warna hitam dan putih yaitu tulak. Warna hitam
diartikan sebagai lambang kekal (Jawa: langgeng), sedang warna putih sebagai
lambang hidup (sinar kehidupan), dengan demikian hitam-putih melambangkan
hidup kekal.
Daerah ; Yogyakarta
|
Motif Gurda
(Garuda) |
Filosofi: Kata gurda berasal dari kata garuda,
yaitu nama sejenis burung besar yang menurut pandangan hidup orang Jawa
khususnya Yogyakarta mempunyai kedudukan yang sangat penting. Menurut orang
Yogyakarta burung ini dianggap sebagai binatang yang suci.
Daerah: Yogyakarta
|
|
Filosofi: Meru berasal dari kata Mahameru, yaitu nama sebuah gunung yang
dianggap sakral karena menjadi tempat tinggal atau singgasana bagi Tri Murti yaitu
Sang Hyang Wisnu, Sang Hyang Brahma dan Sang Hyang Siwa. Sebagai simbol harapan
agar mendapatkan berkah dari Tri Murti.
|
Kegunaan : Berbusana, menghadiri pesta
Filosofi : Curigo = keris, kepet = isis
Si pemakai memiliki kecerdasan, kewibawaan serta ketenangan.
|
|
Motif Parang Kusumo
|
Kegunaan : Berbusana pria dan wanita
Filosofi : Parang Kusumo = Bangsawan
Mangkoro = Mahkota
Pemakai mendapatkan kedudukan, keluhuran dan dijauhkan dari marabahaya.
|
Motif Kawung
|
Zat Pewarna: Naphtol
Kegunaan : Sebagai Kain Panjang Unsur Motif : Geometris Makna Filosofi : Biasa dipakai raja dan keluarganya sebagai lambang keperkasaan Daerah: Yogyakarta |
Motif Sidoluhur
|
Daerah : Kraton Surakarta
Jenis Batik : Batik Kraton Dikenakan : Temanten Putri (malam pengantin) Makna : Dua jiwa menjadi satu |
Motif Sidoasih
|
Daerah : Kraton Surakarta
Jenis Batik : Batik Kraton Dikenakan : Temanten Putri (malam pengantin) Makna : Dua jiwa menjadi satu |
Motif Bondet
|
Daerah : Kraton Surakarta
Jenis Batik : Batik Kraton Dikenakan : Temanten Putri (malam pengantin) Makna : Dua jiwa menjadi satu |
Motif Sekar jagad
|
Jenis Batik : Batik Petani
Dikenakan : Orang Tua Temanten Makna : Hatinya gembira semarak |
Motif Sidomulyo
|
Daerah : Banyumas
Jenis Batik : Batik pengaruh Kraton Dikenakan : Temanten Pria atau putri Makna : Bahagia, rejeki melimpah |
Motif Semen
Rante
|
Daerah : Surakarta
Jenis Batik : Batik Petani Dikenakan : Utusan Makna : Panah mengena dan diikat |
Batik Sidomukti
|
Daerah : Surakarta
Jenis Batik : Batik Petani Dikenakan : Temanten Putra/Putri (Resepsi
/Pahargan
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar